Setiap waktu selalu ada perdebatan mengenai moralitas dalam dunia berburu. Pemburu menilai bahwa membunuh rusa, bebek, kancil, atau binatang buruan lainnya ialah hal yang normal dan memang naluri manusiawi. Sedangkan kritikus justru menanggapi bahwa berburu merupakan salah satu bentuk kekejaman.
Kali ini kita coba untuk menengahi perbedaan kedua perspektif antara pihak yang pro dengan kontra terhadap aktifitas berburu.
3 Jenis tujuan berburu
Satu pertanyaan penting yang harus dijawab ialah apa tujuan orang dalam berburu ? Gary Varner, seorang ahli filsuf lingkungan menyampaikan bahwa berburu memiliki tiga jenis tujuan, yakni : (1) tujuan terapeutik; (2) tujuan nafkah; dan (3) tujuan olahraga.
Berburu untuk tujuan terapeutik ialah terkait dengan memburu binatang liar demi menjaga suatu spesies atau ekosistem, seperti halnya menjaga kebun dari babi hutan.
Berburu untuk tujuan nafkah merupakan berburu binatang liar untuk menyuplai makanan atau sumber penghidupan bagi manusia. Kita lihat contoh, suku Inuit di Alaska memiliki izin untuk melakukan perburuan pada ikan paus karena sejak 4000 tahun silam para nenek moyang suku Inuit telah bertahan hidup dari hasil perburuan ikan paus.
Sebaliknya, berburu untuk tujuan olahraga ialah berkenaan dengan berburu binatang liar untuk memenuhi suatu hasrat atau tujuan kepuasan. Kita sebut sebagai sport hunter (pemburu dengan tujuan olahraga) ialah mereka yang mengincar binatang karena ingin mencari pengalaman yang berkesan, atau karena ingin memiliki tanduk (contohnya rusa) yang akan dipajang di ruang tamu pada rumah mereka.
Jenis-jenis tujuan ini tidaklah berdiri sendiri satu sama lain. Bisa saja seorang pemburu memang menggabungkan niatnya antara olahraga, mencari penghidupan, dan terapeutik. Contohnya, di samping menikmati sensasi berburu rusa maupun menginginkan tanduknya, mereka juga memasak dan memakan daging hasil buruan mereka atau memanfaatkan kulitnya untuk sebuah pakaian, sekaligus menjaga keseimbangan populasi rusa di saat jumlah mereka terlalu banyak karena dikhawatirkan akan mengganggu tanaman yang ada pada kebun mereka.
Apa yang membuat orang risih dengan dunia berburu?
Kritik yang sering dilontarkan ialah "berburu ialah tindakan yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem atau tindakan jahat terhadap binatang yang tidak bersalah. Mereka pun tidak akan mengganggu eksistensi manusia jika mereka tetap berada pada habitatnya, dan kita pun tidak perlu berburu binatang liar untuk mengenyangkan perut kita, karena tetangga kita memiliki peternakan ayam, kambing, atau sapi." Mereka juga berkata bahwa binatang juga memiliki perasaan, dan mereka juga mampu merasakan penderitaan/siksaan.
Lalu, apa solusi yang mampu menengahi pertentangan ini ?
Tidak bisa kita katakan bahwa berburu ialah dilarang maupun dibolehkan secara mutlak 100%. Asal dari hukum berburu memanglah dibolehkan, namun terdapat beberapa etika yang harus dijaga agar tidak mengusik nilai kesusilaan, hukum, maupun ekosistem.
1. Patuhi Semua Hukum, Aturan, Tradisi, Dan Adat Sekitar
Hal yang pertama harus diperhatikan ialah memastikan bahwa aktifitas berburu tidak melanggar hukum, regulasi, maupun aturan sekitar. Berburu di kawasan masyarakat yang banyak berlalu lalang atau di tanah orang lain tanpa izin ialah hal yang ilegal dan sangat tidak etis. Berburu binatang yang terancam punah maupun binatang yang ada di kawasan cagar alam merupakan hal yang melanggar hukum.
2. Perlakukan Binatang Buruan Secara Baik Dan Terhormat
Pemburu yang bertanggungjawab ialah mereka yang memenuhi hak binatang buruannya, yakni tidak menyiksanya di saat menembaknya. Pastikan senjata yang digunakan cukup ampuh dan mengenai titik vital (otak, jantung, atau hati) untuk segera mematikan binatang buruan tanpa tersiksa karena rasa sakit yang dideritanya.
3. Tembaklah Binatang Yang Diburu Dengan Jarak Yang Cukup
Ialah saran yang baik jika pemburu mengambil jarak tembak yang tidak terlalu jauh dari binatang buruannya agar memiliki kesempatan yang tinggi untuk mampu mengenai titik vital binatang buruan. Jarak tembak yang terlalu jauh memungkinkan pemburu mengalami miss-shot sehingga binatang buruan kaget dan kabur, atau parahnya mengenai titik non-vital binatang sehingga bisa menyiksa mereka.
4. Hormati Lingkungan Sekitar
Jika berhasil membunuh binatang buruan dengan baik, segera tuntaskan keperluan kita. Bawalah binatang buruan ke tempat yang tidak ada orang berlalu lalang. Tidak semua orang ingin melihat binatang buruan kita. Ada yang jijik, ada yang merasa kasihan. Dan juga jangan memfoto buruan kita untuk tujuan menunjukkannya ke khalayak umum seperti di media sosial, kecuali jika kita mengunggahnya di komunitas khusus para pemburu sebagai referensi atau ajang motivasi.
5. Banyak-Banyak Membaca Literatur Mengenai Etika Dan Tradisi Dalam Berburu
Salah satu literatur yang direkomendasikan ialah "Beyond Fair Chase : The Ethic and Tradition of Hunting." Sayangnya literatur tersebut belum memiliki versi bahasa Indonesia. Beritahu kami apabila terdapat versi bahasa Indonesia.
Akhirnya...
Hal yang terakhir yang dapat kita sampaikan : Pemburu ialah wajah bagi aktifitas berburu beserta komunitasnya. Jika beberapa orang memandang bahwa berburu ialah hal yang buruk, mungkin ia telah melihat perilaku seseorang atau sekelompok pemburu yang tidak mematuhi hukum maupun norma dalam berburu.
Referensi :
6 Hunting Ethics That Every New Hunter Should Know
Is hunting moral? A philosopher unpacks the question
Apakah Berburu Termasuk Bentuk Kekejaman Terhadap Binatang ?